Jumat, 06 Juni 2014

Aku menjadi mulia tak terhingga menjadi Ibu Rumah Tangga

Aku menulis ini bukan semata- mata untuk memotivasi para ibu yang lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Tapi tulisan ini semata- mata untukku sendiri. Yang merasa bosan dengan rutinitas menjadi ibu rumah tangga yang baru saja kujalani kurang dari 2 tahun. 
Pagi ini aku mengeluh, pekerjaan yang sepertinya gak beres- beres urusannya. Bermalam dengan Buah hati yang sedang sakit, memeluknya mencoba menguatkannya saat batuk tak kunjung sembuh, membuatkannya susu Tengah malam. Paginya, rutinitas memasak makanan bayi dan sarapan, menyapu dan mengepel, mencuci baju, dan menggosok pakaian kemarin yang baru dijemur. Di tambah dengan rewelan si kecil minta ini dan itu. Saat itu aku sempat merasa menyesal, kebosanan ini karena aku hanya melakukan pekerjaan yang itu2 saja. Dan hanya berada di rumah. Aku menyesal kenapa dulu memilih untuk resign dan meninggalkan karierku. 
Aku bahkan sempat berdoa meminta rezeki untuk mendapatk kembali sebuah pekerjaan bahkan untuk perempuan beranak satu sepertiku. Hari ini jumat, harus banyak berdoa biar bisa dikabulkan! Batinku. 
Setelah Dhuha, kucoba cari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan bidang pengetahuanku. Scroll dari atas ke bawah, dan lowongan itu tak ada yang menarik, malah tidak sesuai dengan bidangku, Administrasi Negara. Mulai bosan, akhirnya bacaanku beralih ke media sosial. Mungkin ada secercah info tentang lowongan pekerjaan di medsos yang dishare oleh kawan2. 
Dengan bayangan bahwa ketika bekerja aku merasa masih bisa mendidik anak2ku, juga membantu suami menambah penghasilan keluarga, dengan semangat aku coba cari info di facebook. Beragam status teman2 dn kerabat ada di situ. Hingga aku tertuju pada satu status yang nampar banged buat suasana hati yang gundah karena merasa tak produktif hanya dengan menjadi ibu rumah tangga. 

~~Untukmu para ibu yang di rumah~

Untukmu para ibu yang di rumah
Mengapa engkau masih merasa galau dan gundah
Atas pilihan yang dianjurkan Syariah
Agar engkau tetap berada di rumah

Mengapa pula engkau harus iri dan cemburu
Atas selisih puluhan lembar ratusan ribu
Sedang kau memiliki begitu banyak waktu
Merawat mereka langsung dengan tanganmu
Serta menurunkan berjuta ilmu

Mengapa perasaanmu masih terasa berat
Atas perintah Allah untuk selalu taat
Pada suamimu yang meminta dengan sangat
Agar engkau dapat focus merawat
Padahal dengannya surga menjadi begitu dekat

Andai engkau tau bahwa peluang surgamu tak jauh
Cukup bekerja ikhlas dan tanpa banyak mengeluh
Mendidik generasi yang berjiwa tangguh
Memberi nutrisi pada jiwa dan tubuh
InsyaAllah kepuasan hatimu diisi Allah secara penuh

Memang betul kau berharap sebuah eksistensi
Merasa melakukan pekerjaan yang tak bergengsi
Seputar masak, sapu pel dan mencuci

Aaaahhh... Itu karena engkau tak menyadari
Ayunan sapumu berpahala seri
Dengan suamimu yang mencari rezeki
Yang berkemeja rapi dan berdasi

Aaaah... Itu karena engkau belum mengenal
Bahwa pilihanmu dibalas Allah dalam banyak hal
Pada sisi lain yang tak mampu engkau hafal
Kecuali kelak pekerjaan ini engkau tinggal

Aku mengerti kadang engkau resah
Dengan sekian lembar ijazah
Yang kau raih dengan susah payah

Aaaa... Andai kau mengerti
Ilmumu begitu sangat berarti
Dalam mendidik generasi
Yang berkualitas dan bervisi

Aku tau kadang kau rindu seperti mereka
Yang setiap hari pergi berkendara
Keluar rumah untuk bekerja
Dan mengukir sejuta karya

Aaaaa... Itu karena engkau tidak tau
Sebagian mereka merasa rindu
Mendapat kemewahan seperti dirimu
Yang selalu siap membuka pintu
Seperti engkau menyambut suamimu

Alhamdulillah wa syukurilah
Ketika suamimu hanya memintamu di rumah
Berarti ia siap Bekerja keras mencari nafkah
Menyokong semua tanpa berkeluh kesah

Berada di rumah tak berarti tanpa arti
Semoga Allah memberikanmu jalan pengganti
Dalam meraih impian yang kau cari
Dari sudut ternyaman di rumahmu sendiri

Maaf... Lukisan hati ini bermaksud membandingkan
Terhadap mereka yang berjasa mengambil peran
Keluar rumah dengan berjuta alasan perjuangan

Tulisan ini dibuat untuk menghibur hati
Para ibu yang merasa kehilangan eksistensi 
Bahkan terkadang berkecil hati
Merasa diri tak begitu berarti

Untukmu para ibu yang di rumah
Mari ikhlaskan hatimu dan berpasrah
Agar peluang surga yang ada di rumah
Tak terhapus dengan keluh kesah

By: Kiki Barkiah
San Jose, California, 27 April 2014

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jleb! To be honest, this poetry obviously stabbing me.. Allah arahkan aku untuk membaca tulisan yang mampang di wall ku.. Dan ternyata cara ini juga yang diperlihatkan Allah agar aku senantiasa bersyukur dengan peran juang yang aku jalani sekarang. Sebagai ibu dan sebagai istri..

Sekelibet aku langsung teringat dengan scene film "Habibie Ainun", saat Ainun merasa bosan berada di Jerman, menemani suaminya yang tengah studi dan bekerja.. Bisa jadi saat itu yang dipikirkan Ainun sama denganku saat ini, bosan untuk rutinitas padahal bisa membuat aku sangat mulia di mata Tuhan, di mata suami..

MasyaAllah... Semoga aku tidak lagi bertindak mengeluh, menyesal atas peranku saat ini. Dan tidak menace ooh atau bahkan menganggap rendah sosok Ibu rumah tangga. Padahal toh, Allah memberikanku nikmat suami yang sholih, rezeki dari hasil berbisnis, dan anak yang tak harus lama menunggu kedatangannya pasca menikah..

Semoga Allah Ridha dengan yang kujalani saat ini.. Semoga hatiku tetap lapang dalam mengerjakannya..