Kali ini tulisan yang menggugah saya itu, berbicara tentang anak. Membuat proposal untuk anak. Proposal untuk anak?
Ya, awalnya pun saya juga bingung, apa maksudnya? Sementara orang selalu berbicara bagaimana caranya membuat proposal nikah yang indah dan menarik perhatian para pujangga pencari cinta, orang sibuk memikirkan kapan Ia akan dilamar, atau kapan seorang akan melamar seorang akhwat, kali ini tulisan itu malah membuat saya kagum setelah keheranan saya –tentu saja- bahwa sambil menunggu dia yang ditakdirkan akan datang pada kita pada waktunya, maka susunlah rancangan kesuksesan dalam hidup, khususnya, akan menjadi apa anak-anak yang telah kita lahirkan? Apakah mereka akan menjadi generasi penerus dan selalu memberikan perbaikan-perbaikan di segala lini? Apakah keluarga kita, anak-anak kita kah yang menjadi contributor aktif peradaban dunia. Apakah peraih nobel perdamaian dunia salah satunya adalah anak-anak yang kita lahirkan dan kita selalu mendidiknya dengan penuh kasih sayang?
Harusnya kita bukan lagi sibuk dengan siapa yang akan menjadi calon istri/ calon suami kita. Sudah bukan cerita langka lagi saat seorang akhi sibuk membuat kriteria ukhti yang akan menjadi calon pendamping hidupnya kelak. Ketika mulai berumah tangga, maka baru mulailah merancang situasi kehidupan mereka berdua, rumah tangga, dan anak-anak mereka. Tapi mungkin tak banyak yang berpikir dari awal saat masa lajang, sudah sibuk dengan rancangan proposal anak-anak yang akan lahir dari keluarganya, kemudian mengajukan proposal itu kepada Allah SWT dan berharap bahwa Allah akan meng-ACC nya lewat doa-doa yang selalu ia panjatkan.
Ketika sepasang suami istri menjalankan biduk rumah tangga, maka harapan utama mereka adalah melahirkan keturunan sebagai penerus generasi. Harapan mereka, anak yang dilahirkan akan menjadi anak yang shaleh dan shalehah memenuhi cita-cita kedua orang tuanya dan bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, negara dan agama. Anak diharapkan menjadi ”cahaya mata” dalam keluarga. Namun seperti apa gambaran ”cahaya mata” ini, sebenarnya tergantung dari bagaimana orang tua membentuk dan mengarahkan. Apakah perlakuan orang tua terhadap anak sebagai ”cahaya mata” telah tepat?
Masalah bangsa ini terlalu banyak, maka dibutuhkan generasi unggul untuk bisa menyelesaikan berbagai masalah bangsa. Salah satu ikhtiar penting yang harus dilsayakan oleh kita hari ini adalah, kita harus merancang generasi masa depan yang akan menjadi solusi bagi permasalahan bangsa.
Sharing dengan tulisan yang tadi, beliau menulis seperti ini, bahwa sang ustadz bercerita, bahwa beliau punya seorang guru dengan gelar doktor saat masih belajar di LIPIA. Guru beliau ini bercerita bahwa dirinya punya sepaluh saudara. Habatnya, sepuluh saudaranya adalah doktor dan pakar di bidangnya masing-masing. Itu belum seberapa karena ayah dan kakek dari guru ini juga terdiri dari sepuluh bersaudara dan semuanya pakar di bidang masing-masing dan semua bergelar doktor. Jadilah kelas ustadz riuh kagum dengan keluarga sang guru. Diskusi dalam kelas itu akhirnya berlanjut dengan pertanyaan, bagaimana keluarga sang guru bisa sehebat itu? Sang guru menjawab, karena orang tua mereka telah membuat proposal rancang kehidupan untuk anak-anaknya sebelum mereka lahir, bahkan sebelum berada dalam kandungan. jadi orang tua sang guru, telah membuat rancangan, anak pertama jadi pakar di bidang ini, anak kedua jadi pakar di bidang itu, anak ketiga jadi pakar di wilayah ini, begitu seterusnya sampai anaknya yang kesepuluh. Rancang proposal itu kemudian diajukan kepada Allah swt dan alhamdulillah Allh swt meng- acc semua proposalnya.
Di dalam Al-Qur'an ada tiga orang yang telah di ACC oleh Allah bagaimana kehidupannya di dunia sebelum mereka lahir bahkan sebelum mereka berada di alam rahim. Ketiga orang tersebut adalah : Maryam binti Imron, ibu dari nabi Isa 'alahissalam; Yahya bin Zakariya 'alaihissalam; dan Muhammad Saw.
Proposal yang diajukan oleh Bu Imron (tidak disebutkan dalam Al Qur'an siapa nama istri Imron) untuk Allah atas anak yang sedang dikandungnya tercantum dalam surat Ali Imron ayat 38 - 39
(Ingatlah), ketika isteri 'imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padsaya. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"
Maka tatkala isteri 'imran melahirkan anaknya, diapun berkata:
"Ya Tuhanku, sesunguhnya saya melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya saya telah menamai dia Maryam dan saya mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."
Baitul maqdis saat itu mirip seperti masjid zaman ini. Megah tetapi miskin pengunjung. Keluarga Imran ingin menjadi solusi bagi permasalahan umat. Maka dinazarkan dan diajukan kepada Allah sebuah proposal agar anak yang dikandungnya nanti menjadi pengabdi baitul maqdis. Allah swt kemudian melahirkan maryam yang menjadi solusi umat, bahkan maryam melahirkan seorang nabi.
Orang kedua yang telah di acc oleh Allah swt rancangan proposal hidupnya oleh Allah Yahya bin Zakariya. Zakariya adalah guru dari Maryam binti Imran. Zakariya selalu menyaksikan kemu'jizatan pada diri Maryam selama dalm proses belajar. Diantara kemu'jizatan itu adalah selalu hadirnya makanan setiap kali Zakariya akan mengajarkan ilmu pada Maryam.
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. (QS 3 : 37)
Karena kekaguman Zakariya pada Maryam, maka Zakariya berkunjung kepada orangtua Maryam dan bertanya apa resepnya sehingga Maryam menjadi seorang perempuan yang salehah dan menjadi kekasih Allah..setelah mendapat resep dari keluarga Imran, mulailah Zakariya berdoa dan mengajukan proposal pada Allah agar diberikan seorang putra. Padahal saat itu Zkariya telah tua dan istrinya mandul. Tetapi akhirnya Allah mengabulkan proposan Zakariya dan lahirlah Yahya yang juga seorang Nabi Allah. Allah swt mengabadikan kisah ini dalam surat Ali Imron ayat 38-40
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melsayakan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh".
Zakariya berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana saya bisa mendapat anak sedang saya telah sangat tua dan isteriku pun seorang yang mandul?". Berfirman Allah: "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya".
Berkata Zakariya: "Berilah saya suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". Selanjutnya, orang yang telah di acc proposal hidupnya oleh Allah sejak sebalum lahir adalah Nabi Muhammad saw. Bahkan proposal hidup Rasulullah di acc ribuan tahun sebelum Rasulullah saw lahir. Proposal itu diajukan oleh kakek moyangnya yaitu Nabi Ibrahim 'alaihissalam
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana" (QS 2 : 129)
Itulah doa nabi Ibrahim untuk nabi akhri zaman, seorang nabi dengan tugas utama dalam hidupnya membacakan Al Qur'an, mengajarkan Al Qur'an, mengajarkan hikmah, dan menyucikan jiwa atau sering dikenal dengan aktifitas tarbiyah.
Allah pun meng-acc doa Nabi Ibrahim ini dengan, salah satunya disebutkan dalam surat Al Jumu'ah ayat 2 - 3 :
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Allah benar-benar meng-acc permohonan nabi ibrahim yang contennya adalah misi hidup Muhammad, yaitu mentarbiyah umat dan menjadikannya guru peradaban dunia.
Maka dari itu, kita harus mulai merancang nantinya akan memiliki putra-putri dengan kualifikasi seperti apa. Terlalu banyak masalah bangsa ini untuk diselesaikan. Maka jadikan keluarga kita menjadi solusi dengan menghadirkan generasi terbaik. Susun proposal itu kalau bisa sebelum menikah, jadi kita tidak perlu sibuk dengan kriteria istri/ suami kita nanti seperti apa. Ajukan saja kepada Allah proposal anak-anak kita sehingga kita akan dipertemukan dengan ibu atau bapak yang sesuai untuk menghasilkan generasi yang sudah kita rancang. Kalaupun sudah menikah, bisa dirancang sebelum istri hamil atau paling lambat sebelum usia kehamilan 120 hari karena kalau dirancang setelah usia tersebut sesungguhnya Allah telah menuliskan perjalanan hidup anak tersebut.
Buatlah rancangan yang konkret untuk masing-masing. Mintalah pada Allah agar mereka menjadi expert di bidang tertentu dan bisa menyelesaikan masalah umat.
Maka dari itu ikhwahfillah, kembali lagi kita revisi rancangan visi hidup kita, dengan menambahkan rancangan proposal untuk generasi yang kita lahirkan. Kemudian, ajukan itu pada Allah SWT, biar Allah saja yang akan mengaturnya kemudian.
Wallahu a’lam bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar