Sabtu, 15 Oktober 2011

Coz Every Child is special!!


Hari ini setelah beberapa agenda yang dijalani tuk memenuhi aktivitas weekend, saya memilih untuk istirahat di rumah. Menyelonjorkan kaki yang terasa pegal setelah berjalan keliling pondok gede untuk 3 tempat yang berbeda. Full of tired, but it was fun!!
            Awalnya berencana setelah pulang adalah langsung tidur, tapi entah otak malah menggerakkan untuk duduk di sofa sambil menonton tivi. Eh, ternyata ada adik yang sedang menyetel film kesayangannya, ‘ Finding Nemo’.. tanpa protes untuk diganti ke kanal regular, aku pun ikut nonton bersama adik. Seiring durasi film, ada yang membuatku tertarik dengan adikku yang satu ini.. Ia hafal sekali beberapa dialog yang ada di film tersebut. Salah satunya adalah saat Dori (ikan yang menemani perjalanan ayah nemo mencari nemo), memberikan semangat kepada sang clown fish (I forget his name!) untuk terus berenang. “Keep Swimming”!!, she said. Dan kata-kata itulah yang melekat terus di benak adik hingga dia hafal. Hihihi..
Oh ya,, mungkin semua bertanya, lantas kenapa? Adikmu sudah besar kaaan?
Yup,, he is 18th for his old. But he is disleksian. Adikku ini penderita disleksia. Berbeda dengan empat adikku lainnya yang normal, kami dianugerahkan salah satu saudara kandung dengan kebutuhan khusus. Yaaa,, walau sebenarnya di kehidupan sehari-hari ummi pun juga memperlakukan fauzan (adikku), sama seperti lima saudara-saudarinya yang lain. Aku tidak tahu apakah dia dileksian, atau memang abnormal. Dari segi fisik memang sama dengan anak-anak normal lainnya. Tapi untuk kemampuan berpikir, dan tingkah lakunya sama persis dengan anak usia 4-5 tahun.
Mungkin, samapai sekarang menginjak usia 23 tahun, aku masih belum banyak mengerti cara menangani anak berkebutuhan khusus. Merespon, atau bahkan mendidik anak seperti ini, menumbuhkan kepercayaan diri, bahwa dia tetap anak yang special. Aku pun jadi ingat sama film “Taare Zameen Paar” (Film India yang dirilis tahun 2007), sebuah kisah tentang anak bernama Ishaan, yang mungkin juga sama seperti adik saya, namun sebenarnya lebih beruntung karena Ishaan masih bisa sekolah dan punya bakat seni. Ketidakmampuannya untuk menangkap pelajaran di sekolah yang memusingkan sang ibu, namun di sisi lain, bisa dilihat keajaiban-keajaiban dari bakat yang tersembunyi darinya. Ia memiliki ‘negeri ajaib’ yang penuh dengan warna dan binatang animasi. Bakat seni, meskipun tidak ada yang menyadari hal ini pada awalnya.
Nonton film ini jadi makin terharu, bikin leleh air mata. Karena aku punya yang real-nya di rumah. Yang setiap hari ketemu, yang tahu kebiasaan-kebiasaannya di rumah, yang juga suka ikut kesal kalo tiba-tiba melakukan hal aneh memalukan. *aku menyesal pernah seperti itu padanya L*. Pesan yang disampaikan oleh film ini juga memang menampar banget aku yang tidak menspesialkan keadaan adikku dari awal. Bahwa sebenarnya setiap anak itu adalah pahlawan. Selain itu, membantu kita melihat seorang anak dalam diri kita sendiri.
Kepahlawanan fauzan juga banyak (keluargaku) yang menyadarinya tidak dari awal. Yaa… walaupun porsi makanannya paling besar dan intensitasnya paling banyak di antara anggota keluarga yang lain, tapi dia yang paling tahu letak barang-barang yang ada di rumah. Sekecil apapun ukuran barangnya. Karena kalo ada anggota keluarga yang tidak menemukan barang yang dicari, langsung tanya fauzan. Fauzan juga yang paling mau ngurus anak ayam, unggas piaraan keluarga yang ada di kandang belakang, memberi makan, minum, bahkan yang paling tahu jumlah ayam atau bebek bertambah (karena ada yang menetas), atau berkurang (mati atau diambil orang). Fauzan juga yang berani jaga rumah sendirian saat semua berangkat untuk mengerjakan aktivitas masing-masing, bahkan rela tidur paling malam sebelum semua anggota keluarga pulang ke rumah, karena ia yang bertugas untuk mengunci pintu pagar depan. *Tidak pernah ada yang melakukannya selain dia. Terlihat respon antusiasnya saat diminta abi untuk mengunci pintu pagar. Berbeda dengan adik-adikku yang lain yang mungkin terlihat agak cemberut bila diminta Abi untuk kunci pintu pagar. Ia juga yang bertanya, mana adiknya, fathiyah, yang tak kunjung pulang, walau sudah pukul 10 malam. Fauzan juga yang paling tahu kondisi motorku, yang baru saa di servis tadi siang. “Kak, remnya pakem ya? Lampu belakangnya diganti ya?”, begitu tanyanya sepulang menyervis motor tadi..
Ha? Kok dia tahu ya? Bahkan aku saja baru tahu kalo lampu belakang motor itu hangus dan harus diganti karena dikasi tau mekaniknya. Tapi dia menyadarinya sebelum aku ternyata.., begitu batinku bilang.
Bahkaan, kalo di rumah tuh, tetangga 1 komplek lebih kenal dengan fauzan dibandingkan saya. Karena kalo saya memang jarang ada di rumah, apalagi sudah 4,5 tahun terakhir tinggalnya di Bandung.. *ngeles! :p
Dan yang paling mengagumkan dari seorang fauzan adalah, tak pernah aku lihat dia absen untuk pergi sholat jama’ah di masjid. Bahkan terkadang ia juga yang membangunkan kakak dan adik-adiknya yang lain, untuk bangun lebih awal di subuh hari, sebelum adzan berkumandang. Fauzaaaan.. T.T
Tidak ada manusia yang sempurna tak peduli apa posisi dia dalam masyarakat, setiap anak dengan kemampuan mereka adalah khusus dan berbakat dengan cara mereka sendiri.
Mungkin juga ini pesan Allah sang Muhaimin, untuk keluarga kami, menitipkan anak/ adik dengan kebutuhan khusus, berbeda dengan yang lainnya, untuk tetap mencurahkan kasih sayang, walau kadang suka bikin jengkel sekalipun. Karena aku yakin, salah satu yang bikin berkah urusan-urusan kami di dunia, yang aku rasakan keberkahan itu, adalah karena Allah menitipkan fauzan kepada kami, untuk dirawat, dibina, dan dididik, hingga pertanggungjawaban itu diminta olehNya di yaumil hisab. :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar